Ratu Mandar yang Menantang Penjajah

 
Sugirana Andi Sura : Andi Depu


Andi Depu: Sang Darah Biru Mandar yang Mengusik Penjajah

Dalam lembaran sejarah perjuangan bangsa Indonesia, beberapa nama besar seperti Soekarno, Hatta, dan Sudirman selalu menjadi prioritas buku-buku sejarah, namun dibalik gempita nama-nama itu, ada suara lirih yang juga ingin begemuruh namun ia seolah tenggelam dalam moderenisasi zaman. Salah satunya adalah suara dari tanah Mandar, Sulawesi Barat: Andi Depu.

Pahlawan kita yang satu ini berasal dari tanah lokal. Ia adalah seoranng pemimpin sekaligus pelindung  rakyat dan pembela kemedekaan yang berani bersuara lantang melawan penjajah. Sosoknya di juluki ‘Mardiah Balanipa’ oleh rakyatnya.


Bangsawan Mandar yang berjiwa bebas


Lahir dari Darah Biru, Tumbuh subur ditanah yang berbatu

Andi Depu lahir di Tinabung, Polewali Mandar 1907. Ia adalah putri dari “Laqju Kanna Idoro” adalah Raja Balanipa. Sejak kecil ia didik dalam tradisi Mandar yang egaliter dimana perempuan memiliki peran kuat dalam masyarakat. Nama aslinya adalah Sugirana Andi Sura, tetapi sejarah mencatat namanya sebagai “Andi Depu”. Suaminya bernama Andi Baso Pabiseang berasal dari bangsawan tinggi Mandar.


Pendidikan dan kesadaran Nasional

Tak seperti kebanyakan anak bangsawan pada umunya yang bersekolah yang di Europeesche Lagere School (ELS) dan Hollandsch-Inlandsche School (HIS). Ia lebih memilih bersekolah di Volkschool sekolah dasar yang didirikan oleh Belanda untuk Rakyat kecil. 

Meskipun pendidikan formalnya tidak begitu tinggi Andi Depu menunjukkan kecerdasannya yang luar biasa dalam politik, organisasi, dan juga dalam kepemimpinan. Ia memahami bahwa perjuangan melawan penjajah bukan hanya tentang penguasaan wilayah, tapi juga tentang sebuah martabat. Dan dari sinilah kesadaran nasionalimenya mulai tumbuh.

Menjadi Raja: Pemimpin Sekaligus Pejuang

Ratu dari Mandar

Andi Depu dinobatkan sebagai Raja 1939 ia adalah perempuan pertama yang dinobatkan sebagai Raja (Pasuari) Balanipa. Gelar ini sebelumnya hanya diberikan kepada laki-laki. Dengan  gelar itu Andi Depu menepis semua anggapan bahwa yang harus menjadi pemimpin hanyalah seorang laki-laki.

Dalam kepemimpinannya ia lebih mengutamakan keberanian moral yang dimana setiap keputusan-keputusannya sering berpihak kepada rakyat kecil, dan ia selalu membuka komunikasi terhadap para pemuda dan tokoh pergerakan nasional.


Hati dan Pedang Sebagai Senjata


Ketika jepang datang menggantikan Belanda, Andi Depu tak langsung percaya terhadap apa yang mereka janjikan. Ia bahkan dengan berani mengibarkan bendera Merah Putih di depan kediaman raja pada masa itu hal tersebut sangat dilarang untuk dilakukan.

Ia juga menjadi pelindung sekaligus fasilitator terhadap gerakan bawah tanah. Rumahnya menjadi pusat pertemuan rahasia, dan ia selalu membimbing para pemuda gerakan bawah tanah agar tidak takut dan tunduk pada tekanan penjajah.

Penderitaan seolah menjadi makanan sehari-harinya. Ia pernah ditangkap, diintrogasi, dan bahkan dipaksa untuk menyerah. Tapi ia tetap dalam tegar dalam pendiriannya. Dalam sunyi dan dinginnya ruang tahanan, ia percaya bahwa kemerdekaan akan datang, selama ada yang berani menjaganya.


Warisan semangat tak kenal takut


Andi Depu wafat 18 Juni 1985, namun warisannya tidak pernah hilang. Semanganya hidup dalam darah para pejuang keadilan, dalam keberanian para perempuan yang berani melangkah maju.

“Lebih baik mati daripada dijajah.” -Andi Depu


Mempertahankan Merah Putih

Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesai Andi Depu yang dikenal sebagai sosok yang berani terhadap penjajah berani mengibarkan bendera Merah Putih di wilayah Mandar. 

saat itu tentara NICA (Netherlands Indies Civil Administration) masih berada di Indonesia dan berusaha menurunkan bendera Merah Putih yang telah berkibar di halaman rumahnya di Tinambung. Andi Depu dengan tegas menolak dan berkata

“tuan-tuan jangan coba-coba menurunkan bendera ini dan kalau tetap dipaksakan juga, tembaklah saya baru bisa ditrunkan.”

Keberaniannya ini membuat tentara belanda mengurungkan niatnya untuk menurunkan bendera tersebut.





LihatTutupKomentar
//